Dalam proses evakuasi, tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Center for Orangutan Protection (COP) dari Muara Wahau, Kalimantan Timur menemukan seekor orangutan yang diduga menderita Down Syndrom, sejenis kelainan genetik yang juga bisa diderita manusia.
"Orangutan itu memiliki kepala yang relatif kecil, seperti manusia yang menderita Down Syndrome. Tangan dan kakinya juga agak bengkok tapi masih bisa berjalan. Dari perilakunya juga tampak bahwa orangutan ini lebih pasif," kata Fian Khairunisa, Area Manager COP Kalimantan Timur.
Ciri-ciri lain yang memperkuat dugaan Down Syndrome adalah bagian anteroposterior yang tampak mendatar, sela hidung pada wajah yang juga datar, mulut yang mengecil dan lidah menonjol (macroglossia) serta mata sipit dengan bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds).
"Sejauh ini masih dugaan. Kami sudah menunjukkan foto orangutan ini pada ahli primata di Perth Zoo. Harus dicek apakah benar orangutan ini menderita retardasi, tapi diduga kuat memang demikian," lanjut Fian ketika dihubungi media siang ini (19/9/2011).
Orangutan memang memiliki 97 persen DNA yang identik dengan manusia sehingga beberapa penyakit yang diderita manusia juga bisa diderita orangutan. Kasus Down Syndrome para orangutan sendiri belum pernah ditemukan, jadi penemuan ini adalah kasus pertama.
Jimmy, demikian orangutan berusia sekitar 3 tahun yang diduga menderita Down Syndrome ini disebut, kini tengah menjalani perawatan di fasilitas BKSDA di Tenggarong Kalimantan Timur. "Kami berharap ada ahli atau dokter hewan yang mau meneliti orangutan ini," pungkas Fian. Demikian catatan online SEO Penatas yang berjudul Dalam proses evakuasi.
"Orangutan itu memiliki kepala yang relatif kecil, seperti manusia yang menderita Down Syndrome. Tangan dan kakinya juga agak bengkok tapi masih bisa berjalan. Dari perilakunya juga tampak bahwa orangutan ini lebih pasif," kata Fian Khairunisa, Area Manager COP Kalimantan Timur.
Ciri-ciri lain yang memperkuat dugaan Down Syndrome adalah bagian anteroposterior yang tampak mendatar, sela hidung pada wajah yang juga datar, mulut yang mengecil dan lidah menonjol (macroglossia) serta mata sipit dengan bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds).
"Sejauh ini masih dugaan. Kami sudah menunjukkan foto orangutan ini pada ahli primata di Perth Zoo. Harus dicek apakah benar orangutan ini menderita retardasi, tapi diduga kuat memang demikian," lanjut Fian ketika dihubungi media siang ini (19/9/2011).
Orangutan memang memiliki 97 persen DNA yang identik dengan manusia sehingga beberapa penyakit yang diderita manusia juga bisa diderita orangutan. Kasus Down Syndrome para orangutan sendiri belum pernah ditemukan, jadi penemuan ini adalah kasus pertama.
Jimmy, demikian orangutan berusia sekitar 3 tahun yang diduga menderita Down Syndrome ini disebut, kini tengah menjalani perawatan di fasilitas BKSDA di Tenggarong Kalimantan Timur. "Kami berharap ada ahli atau dokter hewan yang mau meneliti orangutan ini," pungkas Fian. Demikian catatan online SEO Penatas yang berjudul Dalam proses evakuasi.